Suara adzan subuh membangunkanku dari tidur lelapku dengan headset yang masih terpasang di telingaku namun tak ada suara yang keluar dari situ, kulihat hapeku dan ada sms dari sasah rupanya. Aku langsung terduduk dan mengucek mataku, lalu membuka sms itu,
“nanti siang aku mau ketemu fan di tempat biasa, aku mau
jelasin semuanya”
Cukup
lama kupandangi is isms itu, lalu aku mulai mengetik panjang lebar dengan
berbagai pertanyaan yang ada di kepalaku saat ini, setelah kulihat lagi
akhirnya kuhapus semua yang ku ketik itu, biar nanti saja pas bertemu akan
kutanyakan semua kepadanya. Lalu kukirim balasan sms ku kepadanya, “Iya”.
Aku
pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lantas solat setelah itu aku pergi
menyeduh kopi. Pagi ini aku tidak ada kuliah, tapi pukul 9 nanti aku ada mata
kuliah pindahan dari dosen yang minggu lalu tidak hadir.
Aku
duduk di teras depan rumahku. Kamu harusnya lihat aku saat ini sah, aku saat
ini punya pagi, punya kopi, punya kenangan yang mengepul hangat di kepala. Kamu
sendiri punya apa sah, selain hati yang sulit kuterka???
Kamu
harusnya tau sah, saat ini sedang kalut pikiranku, sedang takut rasanya diriku
menghadapi pertemuan nanti. Aku takut pertemuan nanti akan menimbulkan rasa
rindu yang belum selesai, dan juga harapan kosongku yang tumbuh saat kau
katakan sudah tak ada kesempatan lagi tentang hubungan ini.
Aku
sudah berada di kelasku saat ini, baru ada sebagian dari mahasiswa yang hadir
di kelas dan sebagiannya lagi entah ada di mana rimbanya aku tak tahu. Aku
sendiri sedang asyik membunuh rasa bosan dengan bermain game yang ada di hapeku
di bangku pojok belakang yang menempel dengan dinding. Beberapa anak mulai
berdatangan, dan beberapa mengajak ku mengobrol dan bercanda namun hanya
kutanggapi seadanya karena aku sedang tidak ada minat untuk itu saat ini. Tidak
lama setelah itu dosen yang di tunggu tiba dan mata kuliah di mulai seperti
biasanya.
Kuliah
selesai jam 12 siang, aku menuju kantin kampus karena perutku mulai terasa
lapar. Sejak pagi aku memang hanya secangkir kopi, serta sepiring kepenatan dan
sebingkis tangis rindu. Ada sms masuk dan kulihat dari sasah,
“fan, jam set1 aku tunggu di tempat biasa yah”
Setengah
jam lagi berarti, tak kubalas pesan itu langsung kumasukan ke saku celana. Aku
langsung memesan sepiring nasi goreng dan segelas susu. Setidaknya saat
pertemuan nanti, jika hatiku mulai melemah saat harapan tak sesuai kenyataan
setidaknya ragaku masih kuat menyangga nya.
Aku
sudah berada di bawah pohon rindang di danau yang ada di kampusku ini. Aku
duduk menghadap ke arah danau sambil menunggu kehadiran sasah. Tak lama sasah
datang lalu ikut duduk di sebelahku menghadap ke danau.
“maaf
fan, udah nunggu lama yah” dia membuka pembicaraan.
Aku
hanya menggeleng sambil tersenyum sambil menatapnya sebentar dan kembali
menatap danau lagi.
Kami
terdiam hingga beberapa saat, terasa sekali suasananya terasa sangat canggung
disini. Aku tetap diam menunggu semua penjelasan yang akan keluar dari
mulutnya. Sasah telihat menarik nafas panjang dan seakan mencoba mengumpulkan
kekuatan untuk memulai penjelasannya.
“aku
minta maaf fan, aku tau kamu pasti
kecewa dengan apa yang terjadi tapi emang ini kenyataannya kalo mama gabisa
terima aku buat pacaran dulu. Mungkin kamu kira aku ga berjuang buat hubungan
ini, tapi kamu tau sendiri sifat kerasnya mama. Aku juga gamau kaya gini, aku
nangis semalaman hingga tak sempat membalas pesan atau sekedar ngabarin kamu,
bukan..bukan tak sempat lebih tepatnya aku ngga mau karena justru takut
memperkeruh keadaan. Aku pikir aku harus bicara langsung sama kamu kaya
sekarang ini. karena bagi aku semaju apapun teknologi, komunikasi terbaik
tetaplah antara mata dengan mata.” Air mata mulai keluar dari matanya tetap
lurus ke depan seakan tak sanggup untuk memandangku.
Melihat
itu membuat kobaran amarah di diriku perlahan padam oleh air mata yang jatuh
dari kedua mata indahnya itu. Lelaki mana yang tidak luluh melihat wanita yang
dia sayang menangis di hadapannya. Aku ragu ingin mengusap pundaknya untuk
menenangkan, tapi tanganku seakan tak bisa beranjak dari tempatnya.
“tapi
bisa kan sah kita tetap lanjutin hubungan ini tanpa diketahui mama kamu?” aku
bertanya sambil perlahan menggenggam tangannya seakan menguatkan bahwa kita
bisa melalui semua ini.
“ngga
bisa fan, aku gamau ngebohongin mama aku
terus-terusan kaya gini. Aku bakalan ngerasa bersalah banget sama mama
kalo tetap lanjutin ini di belakang dia tanpa sepengetahuannya” dia menarik
tangannya dari genggamanku untuk menyeka air matanya.
Aku
menarik nafas panjang dan menghelanya dengan tatapan jauh ke danau, aku saat
ini mulai merasakan hatiku yang melemah karena seakan kehabisan alasan untuk
mempertahankan hubungan ini lagi. Rasa marah dan kecewa mulai berkumpul lagi di
dalam diriku, tapi kulampiaskan dengan mengepalkan tanganku
sekencang-kencangnya, dan sebisa mungkin aku tahan agar tidak meluap.
“berarti
hubungan ini cukup sampai disini aja sah?” kataku dengan nada keputus asaan
yang tergambar jelas di pertanyaan itu.
“aku
gatau fan, aku juga gamau hiks..hiks..kaya gini. Aku gamau hiks…gamau lepasin
kamu hiks…hiks…” tangisnya mulai pecah disitu. Aku akhirnya mengusap
punggungnya menguatkan seakan semuanya baik-baik saja walaupun kenyataan
sekarang keadaan kami berdua jauh dari baik-baik saja.
Kami
terdiam, hanya terdengar suara sesenggukan dari sasah yang masih terdengar dan
aku masih mengusap punggungnya mencoba menenangkan. Aku juga bingung bagaimana
harus bersikap dengan keadaan seperti ini, di satu sisi aku jelas ingin
mempertahankan hubungan ini tapi di satu sisi aku jelas tidak ingin membuat
sasah merasa bersalah dengan mamanya.
Kenapa
harus serumit ini, seharusnya perkara saling mencintai berarti perkara saling
mempertahankan, saling memperjuangkan dan saling memenangkan. Tapi
kenyataannya, justru kami harus saling melepaskan, saling mengikhlaskan dan
saling menerima keadaan bahwa cinta tak seindah syair-syair yang sering di
dengungkan para perajut aksara.
Tiba-tiba
hape sasah berdering, lalu dijawab setelah dia menarik nafas panjang seakan
mengatur suara biar terlihat biasa saja saat menjawab panggilan yang masuk ke
hapenya.
“halo kenapa de?”
“iya ini gua udah mau balik ke kelas”
“mane nangis, ngga gua abis makan baso pedes banget, yaudah
ntar gua beliin titipan lu”
“hahaha suee lu”,
lalu dimasukan hapenya ke dalam tas.
“aku
harus balik ke kelas lagi fan, aku ada kuliah lagi nanti jam 1” katanya sambil
beranjak berdiri.
“aku
minta maaf fan, terserah kamu nantinya mau benci aku atau apapun itu aku bakal
coba buat terima. Aku tau ini pasti sakit buat kamu, tapi ini juga pahit buat
aku. Maaf juga, kalo seandainya kamu berharap kisah kita ini hanya berkoma,
punya jeda tapi kenyataannya kaki ku justru melangkah menghampiri titik.
makasih fan buat kebahagiaan yang kamu kasih selama dua bulan ini, aku harap
setelah ini kamu temui pemilik rindumu yang baru yang bisa menggantikan
kenangan antara aku dan kamu”, sesudah itu dia tersenyum sekilas kepadaku lalu
beranjak pergi meninggalkan aku yang masih terpaku dan masih berharap ini hanya mimpi di dalam lamunanku
Bersambung…
No comments:
Post a Comment