Biar Tangan Yang Bercerita

Friday, March 17, 2017

Telenovela (Chapter 4-End)



Pagi  ini aku mungkin terlihat seperti manusia yang paling menyedihkan, karena sejak kemarin siang sejak sepeninggal sasah, aku seperti kehilangan  semangat hidup, seakan semenjak kepergiannya semua menjadi terasa hampa. Aku bahkan belum tidur hingga saat ini, karena saat aku memejamkan mata justru hanya kenangan tentang kita yang terbayang. Hanya kenangan menyenangkan memang yang terbayang namun menjadi terasa menyakitkan saat menyadari kalau kamu bukan milikku lagi.

Hingga saat ini aku masih belum tahu apakah aku sudah benar-benar kalah atau memang hanya belum sampai pada menang dalam hubungan ini. Pikiranku hanya dipenuhi dengan pengharapan, harapan semoga setiap kepergian hanya jalan memutar yang lebih jauh untuk menghargai setiap kepulangan.

Siangnya aku sudah sampai di kampus dengan lingkaran hitam di mata akibat belum tidur sejak kemarin. Baju dan celanaku sedikit basah terkena hujan yang turun dengan derasnya tepat ketika aku memasuki gerbang kampus. Aku menuju ke kelas yang masih sedikit sepi, hanya ada sekitar lima anak yang sudah ada sebelum aku datang. Aku mengambil posisi di paling pojok, lalu mengeluarkan hape dan memainkan game yang ada di situ.
“Deketin…’ suara seorang wanita yang tidak asing di telingaku.
“Kenalin…” berganti suara seorang pria kali ini yang ku kenal juga.
“Tancapkan !!! Hahahaha…” suara mereka keras dan berbarengan.

Mereka adalah dua pasangan fenomenal, yaitu bob dan hilwah. Mereka disebut fenomenal bukan tanpa alasan, selain karena dua orang ini terkenal paling menonjol dalam hal kegilaan, hal fenomenal lainnya adalah tanggal berpacaran mereka yaitu 11-12-2013.
“Bujug rayu, mojok bae lu fan. Mending kalo mojoknya berdua ama cewe mah” hilwah langsung nyerocos sambil mengambil tempat tepat di depanku.
“Lah iya ya, bener bae lu bebz…apalagi mestakung ini” kata bob dengan logat betawinya yang khas.
“apaan mestakung?” tanyaku belum paham.
“Semesta mendukung cooy, ya ga bebz?” mencoba dapat persetujuan dari hilwah
“Mantabh Djiwa yang” katanya sambil mengacungkan kedua jempolnya dan menggelengkan kepalanya.
“bocah gila lu pada hahahaha” kataku tertawa melihat tingkah mereka.
Setelah itu anak yang di luar mulai masuk dan di ikuti oleh dosen yang menutup pintu, kuliah pun kembali di mulai.

Kelar kuliah aku langsung ke kantin, memaksakan untuk makan dan menghabiskan nasi goreng yang sudah kupesan. Aku pulang ke rumah dan langsung berbaring di kasurku. Badanku terasa sudah sangat letih, tapi rasanya tidak dengan pikiranku yang berakibat tidak bisa terpejamnya mataku. Hujan mulai turun lagi di luar, yang justru makin membuatku makin tersiksa karena bayangmu ikut berteduh di kepalaku.

~000~

Tepat seminggu, setelah hubunganku dan sasah berakhir, saat hatiku sedang mencoba pulih dari rasa pahit yang getir, tiba-tiba aku mendapat kabar yang cukup kurang mengasyikan. Kabar tentang sasah yang katanya sudah balikan dengan mantannya yang sebelum aku. Entah kenapa saat mendengar kabar itu tubuh terasa sangat berat, bukan karena ada beban yang kupikul di pundak namun karena seisi rongga dada terasa sesak.

Ternyata kamu hanya berjuang sesaat. Lalu menghilang saat perasaanku mulai kau dapat. Kau menjadi penyamar ulung. Memberi harapan, lalu menikam tajam di pangkal jantung. Tak bisa kupercaya, nyatanya kamu memang tega. Tak bisa kumengerti, kamu memang tidak berjuang sepenuh hati. Maka, pergilah bersama ilalang-ilalang mati. Terbakarlah menjadi abu dan tenggelam ke dasar bumi. Kamu memang pernah melekat jatuh pada cinta. Lalu, mengajarkan bahwa ada seseorang yang tak seharusnya di ajak bersama.
Saat perasaan belum pulih, tidak akan mudah memang melupakanmu. Namun, hati yang di patahkan, diri yang dicurangi adalah alasan pelan-pelan menjauh pergi. Hingga nanti yang kau temui adalah sisa-sisa suara. Hanya kenangan yang menikam dada. Tak akan ada lagi aku yang menunggumu. Kau saja yang akan merasakan rindu. Aku telah jauh memilih jalan sendiri. Mengembara menemui diriku kembali. Menemui seseorang yang asal bukan kamu.

Bagaimana bisa kamu menjadi orang yang benar-benar ingin kubenci? Sementara, dulu begitu dalam aku menjatuhkan hati. Hatiku menolak pergi, tetapi kenyataan terlalu meyakiti. Kamu lelah dengan segala yang kita perjuangkan bersama. Kamu memintaku berlapang dada, memintaku melepaskan begitu saja. Apakah kamu tidak pernah merenungkan dalam sejenak saja, betapa luka pedih mengiris dada, melihat orang yang paling di cinta meminta lepas demi seseorang yang ia cinta? Kita tidak menajalani ini sehari dua hari, terlalu lama kebersamaan ini membuatku tidak tahu lagi jalan kembali.

Meski tidak ingin memintamu kembali,tapi lukanya tetap saja tak sepenuhnya pergi. Menyiksa malam-malamku, menyesakan dalam diamku. Kenangan selalu pulang dengan hal-hal yang kamu buang. Dengan hal-hal yang dulu sepenuh hati kita impikan dalam berjuang. Apa kamu bahagia dengan segala luka yang kini kurasa? Apa kamu tidak merasa betapa dalamnya aku tenggelam dalam hal-hal yangterlalu pahit rasanya kenyataan ini?
Menjadi kamu mungkin menyenangkan, setelah di cintai bisa semudahnya membuang. Setelah disayangi lantas kamu merasa berhak menyakiti. Sementara aku tertatih untuk berdiri kembali. Andai mudah membencimu, aku sudah melakukannya semenjak kamu berlalu. Namun, perasaan tak pernah sepenuhnya bisa di kendalikan. Aku masih mencarimu dalam doa-doa, meski tidak sesering dulu sewaktu awal terluka. Lelah rasanya begini, mengharapkanmu yang tak pernah peduli. Menggenggam hati seseorang yang tak lagi bersedia dimiliki.

Semoga waktu benar-benar obat dari segala pilu. Tak banyak lagi yang kuharapkan darimu. Meski sejujurnya tak semudah itu membiarkanmu semakin jauh dari masa lalu. Namun, aku paham, aku bukan lagi yangkamu inginkan. Sekuat apapun aku menjaga doa-doa untuk bersama, tidak akan berguna jika kamu tidak juga bersedia. Menjadi kamu mungkin tak akan pernah mengerti rasanya mencintai seseorang, pada saat yang sama perasaan itu terus saja menyakitimu tanpa pernah bisa kamu buang.
Jagalah dia baik-baik semoga luka hatimu tidak pernah berbalik. Jagalah dia yang kamu pilih sebagai cinta, semoga kelak dia tidak menjadi seperti kamu, yang memilih pergi dan membekaskan luka.

Setelah tidak denganku, semoga harimu lebih menyenangkan. Semoga dia lebih keras memperjuangkanmu, lebih tabah memahamimu, melebihi segala hal yang pernah kulakukan untukmu.semoga tidak luka yang kamu dapatkan, tidak kesedihan yang berkepanjangan. Nanti,kamu akan mengerti bahwa yang pernah mencintaimu ini memiliki arti. Dalam dada dan jiwamu yang tak akan lagi menemukan aku. Bahagialah selalu, biar kutemui pemilik rindu yang baru untukku.

Hingga senja ini menelanku, ingatan tentangmu akan tetap akan tinggal bersamaku. Meski kamu tak lagi ku mau dan kurindu, biarkan doa-doaku damai bersamamu dalam syahdu. Selepas kenangan, akan selalu ada kedatangan yang lebih indah atau lebih buruk. Kita tetaplah orang yang berhak memilih jalan seperti apa yang ingin kita tempuh setelah itu. Aku akan berusaha melupakan perkenalan denganmu, bukan maksud untuk membencimu. Aku hanya ingin melupakan awal kejadian pahit dalam hidupku.

~Tamat~
Credit to :
-Tere Liye
-Boycandra
-Pidi Baiq
-Rons Immawan

No comments:

Post a Comment