Pagi ini aku mungkin terlihat seperti manusia yang paling menyedihkan, karena sejak kemarin siang sejak sepeninggal sasah, aku seperti kehilangan semangat hidup, seakan semenjak kepergiannya semua menjadi terasa hampa. Aku bahkan belum tidur hingga saat ini, karena saat aku memejamkan mata justru hanya kenangan tentang kita yang terbayang. Hanya kenangan menyenangkan memang yang terbayang namun menjadi terasa menyakitkan saat menyadari kalau kamu bukan milikku lagi.
Hingga
saat ini aku masih belum tahu apakah aku sudah benar-benar kalah atau memang
hanya belum sampai pada menang dalam hubungan ini. Pikiranku hanya dipenuhi
dengan pengharapan, harapan semoga setiap kepergian hanya jalan memutar yang
lebih jauh untuk menghargai setiap kepulangan.
Siangnya
aku sudah sampai di kampus dengan lingkaran hitam di mata akibat belum tidur
sejak kemarin. Baju dan celanaku sedikit basah terkena hujan yang turun dengan
derasnya tepat ketika aku memasuki gerbang kampus. Aku menuju ke kelas yang
masih sedikit sepi, hanya ada sekitar lima anak yang sudah ada sebelum aku
datang. Aku mengambil posisi di paling pojok, lalu mengeluarkan hape dan
memainkan game yang ada di situ.
“Deketin…’
suara seorang wanita yang tidak asing di telingaku.
“Kenalin…”
berganti suara seorang pria kali ini yang ku kenal juga.
“Tancapkan
!!! Hahahaha…” suara mereka keras dan berbarengan.
Mereka
adalah dua pasangan fenomenal, yaitu bob dan hilwah. Mereka disebut fenomenal bukan
tanpa alasan, selain karena dua orang ini terkenal paling menonjol dalam hal
kegilaan, hal fenomenal lainnya adalah tanggal berpacaran mereka yaitu 11-12-2013.
“Bujug
rayu, mojok bae lu fan. Mending kalo mojoknya berdua ama cewe mah” hilwah
langsung nyerocos sambil mengambil tempat tepat di depanku.
“Lah
iya ya, bener bae lu bebz…apalagi mestakung ini” kata bob dengan logat
betawinya yang khas.
“apaan
mestakung?” tanyaku belum paham.
“Semesta
mendukung cooy, ya ga bebz?” mencoba dapat persetujuan dari hilwah
“Mantabh
Djiwa yang” katanya sambil mengacungkan kedua jempolnya dan menggelengkan
kepalanya.
“bocah
gila lu pada hahahaha” kataku tertawa melihat tingkah mereka.
Setelah
itu anak yang di luar mulai masuk dan di ikuti oleh dosen yang menutup pintu,
kuliah pun kembali di mulai.
Kelar
kuliah aku langsung ke kantin, memaksakan untuk makan dan menghabiskan nasi
goreng yang sudah kupesan. Aku pulang ke rumah dan langsung berbaring di
kasurku. Badanku terasa sudah sangat letih, tapi rasanya tidak dengan pikiranku
yang berakibat tidak bisa terpejamnya mataku. Hujan mulai turun lagi di luar,
yang justru makin membuatku makin tersiksa karena bayangmu ikut berteduh di
kepalaku.
~000~
Tepat
seminggu, setelah hubunganku dan sasah berakhir, saat hatiku sedang mencoba
pulih dari rasa pahit yang getir, tiba-tiba aku mendapat kabar yang cukup
kurang mengasyikan. Kabar tentang sasah yang katanya sudah balikan dengan
mantannya yang sebelum aku. Entah kenapa saat mendengar kabar itu tubuh terasa
sangat berat, bukan karena ada beban yang kupikul di pundak namun karena seisi
rongga dada terasa sesak.
Ternyata
kamu hanya berjuang sesaat. Lalu menghilang saat perasaanku mulai kau dapat.
Kau menjadi penyamar ulung. Memberi harapan, lalu menikam tajam di pangkal
jantung. Tak bisa kupercaya, nyatanya kamu memang tega. Tak bisa kumengerti,
kamu memang tidak berjuang sepenuh hati. Maka, pergilah bersama ilalang-ilalang
mati. Terbakarlah menjadi abu dan tenggelam ke dasar bumi. Kamu memang pernah
melekat jatuh pada cinta. Lalu, mengajarkan bahwa ada seseorang yang tak
seharusnya di ajak bersama.
Saat
perasaan belum pulih, tidak akan mudah memang melupakanmu. Namun, hati yang di
patahkan, diri yang dicurangi adalah alasan pelan-pelan menjauh pergi. Hingga
nanti yang kau temui adalah sisa-sisa suara. Hanya kenangan yang menikam dada.
Tak akan ada lagi aku yang menunggumu. Kau saja yang akan merasakan rindu. Aku
telah jauh memilih jalan sendiri. Mengembara menemui diriku kembali. Menemui
seseorang yang asal bukan kamu.
Bagaimana
bisa kamu menjadi orang yang benar-benar ingin kubenci? Sementara, dulu begitu
dalam aku menjatuhkan hati. Hatiku menolak pergi, tetapi kenyataan terlalu
meyakiti. Kamu lelah dengan segala yang kita perjuangkan bersama. Kamu
memintaku berlapang dada, memintaku melepaskan begitu saja. Apakah kamu tidak
pernah merenungkan dalam sejenak saja, betapa luka pedih mengiris dada, melihat
orang yang paling di cinta meminta lepas demi seseorang yang ia cinta? Kita
tidak menajalani ini sehari dua hari, terlalu lama kebersamaan ini membuatku
tidak tahu lagi jalan kembali.
Meski
tidak ingin memintamu kembali,tapi lukanya tetap saja tak sepenuhnya pergi.
Menyiksa malam-malamku, menyesakan dalam diamku. Kenangan selalu pulang dengan
hal-hal yang kamu buang. Dengan hal-hal yang dulu sepenuh hati kita impikan
dalam berjuang. Apa kamu bahagia dengan segala luka yang kini kurasa? Apa kamu
tidak merasa betapa dalamnya aku tenggelam dalam hal-hal yangterlalu pahit
rasanya kenyataan ini?
Menjadi
kamu mungkin menyenangkan, setelah di cintai bisa semudahnya membuang. Setelah
disayangi lantas kamu merasa berhak menyakiti. Sementara aku tertatih untuk
berdiri kembali. Andai mudah membencimu, aku sudah melakukannya semenjak kamu
berlalu. Namun, perasaan tak pernah sepenuhnya bisa di kendalikan. Aku masih
mencarimu dalam doa-doa, meski tidak sesering dulu sewaktu awal terluka. Lelah
rasanya begini, mengharapkanmu yang tak pernah peduli. Menggenggam hati
seseorang yang tak lagi bersedia dimiliki.
Semoga
waktu benar-benar obat dari segala pilu. Tak banyak lagi yang kuharapkan
darimu. Meski sejujurnya tak semudah itu membiarkanmu semakin jauh dari masa
lalu. Namun, aku paham, aku bukan lagi yangkamu inginkan. Sekuat apapun aku
menjaga doa-doa untuk bersama, tidak akan berguna jika kamu tidak juga
bersedia. Menjadi kamu mungkin tak akan pernah mengerti rasanya mencintai
seseorang, pada saat yang sama perasaan itu terus saja menyakitimu tanpa pernah
bisa kamu buang.
Jagalah
dia baik-baik semoga luka hatimu tidak pernah berbalik. Jagalah dia yang kamu
pilih sebagai cinta, semoga kelak dia tidak menjadi seperti kamu, yang memilih
pergi dan membekaskan luka.
Setelah
tidak denganku, semoga harimu lebih menyenangkan. Semoga dia lebih keras
memperjuangkanmu, lebih tabah memahamimu, melebihi segala hal yang pernah
kulakukan untukmu.semoga tidak luka yang kamu dapatkan, tidak kesedihan yang
berkepanjangan. Nanti,kamu akan mengerti bahwa yang pernah mencintaimu ini
memiliki arti. Dalam dada dan jiwamu yang tak akan lagi menemukan aku.
Bahagialah selalu, biar kutemui pemilik rindu yang baru untukku.
Hingga
senja ini menelanku, ingatan tentangmu akan tetap akan tinggal bersamaku. Meski
kamu tak lagi ku mau dan kurindu, biarkan doa-doaku damai bersamamu dalam
syahdu. Selepas kenangan, akan selalu ada kedatangan yang lebih indah atau
lebih buruk. Kita tetaplah orang yang berhak memilih jalan seperti apa yang
ingin kita tempuh setelah itu. Aku akan berusaha melupakan perkenalan denganmu,
bukan maksud untuk membencimu. Aku hanya ingin melupakan awal kejadian pahit dalam
hidupku.
~Tamat~
Credit
to :
-Tere
Liye
-Boycandra
-Pidi
Baiq
-Rons Immawan
No comments:
Post a Comment