Di sebuah gubuk tinggal
lah seorang pemuda bernama Buts. Gubuk tersebut merupakan tempat berkumpulnya
anak-anak muda di kampung itu. Mulai dari berkumpul untuk sekedar bercanda
hingga menangis bersama. Buts sendiri merupakan seorang perantauan dari daerah.
Kerasnya kehidupan
membuat dia harus bisa beradaptasi dengan situasi apapun dan di manapun dia
berada. Buts merupakan seorang anak yang rajin. Dia membersihkan gubuk setiap
hari, di cucinya gelas yang kotor bekas anak-anak yang minum segala jenis minuman
dari kopi hingga teh, lalu mengangkut galon dan mengisi air di kulkas.Hal itu
rutin Buts lakukan setiap hari, dia merasa memilki tanggung jawab karena
tinggal di gubuk tersebut sebagai anak perantauan.
Hingga suatu hari, Buts
tidak melakukan kegiatan rutinnya itu seperti biasa karena dia sedang kurang
enak badan. Tidak adanya kegiatan yang Buts lakukan seperti biasa membuat
anak-anak mengucapkan berbagai macam perkataan yang satire hingga menghina si
Buts dengan melabeli dia seorang pemalas. Buts tentu merasa sakit hati di
perlakukan seperti itu. Hatinya menjadi patah, perasaannya menjadi gundah dan
dia dikacaukan dengan segala rasa yang membuatnya jatuh dan kalah.
Buts tak habis pikir
akan apa yang mereka lakukan terhadapnya, kegiatan sehari-hari yang biasa dia
lakukan saja hanya sedikit sekali dia mendapat pujian bahkan dia sendiri hampir
lupa kapan pujian itu sedangkan ini hanya karena sekali saja dia tidak
melakukan suatu kebiasaan yang biasa dia lakukan, tiba-tiba langsung saja
berbagai hinaan datang menghampirinya. Karena hal tersebut akhirnya Buts enggan
melakukan hal yang biasa dia lakukan, toh baginya sama saja hal itu tak pernah
mereka anggap.
Di tempat yang sama ada
lagi sepasang pemuda bernama Pele dan Dadan. Pele saat itu bersama Dadan sahabatnya
sedang membuat meja belajar. Namun, saat mereka berdua mengerjakan pembuatan
meja tersebut tiba-tiba salah satu kaki meja tersebut patah.
Dadan menganggap hal
itu merupakan salah Pele karena memotong kaki mejanya terlalu tipis sehingga
tidak mampu menahan beban dengan baik, Pele pun sama menganggap hal itu
merupakan salah Dadan karena mencari kayunya bukan dari pohon yang batangnya
kuat sehingga mudah patah. Akhirnya mereka berdua pun saling menyalahkan demi
mempertahankan kebenarannya masing-masing.
Mari kita ambil ibrah
dari dua cerita di atas. Kita ke cerita pertama, ini tentang “Murah Menghina Tapi Mahal Memuji”. Dari
cerita tersebut kita bisa lihat bagaimana anak-anak muda itu dengan mudahnya
menghina Buts hanya karena satu hal yang
baru di lakukan Buts dan mereka anggap
salah dan tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, namun dalam keadaan
sebaliknya justru sedikit sekali yang memuji Buts. Hal ini tidak asing di sekitar kita,
karena kita sendiri pasti pernah berada di posisi Buts ataupun orang yang menghina Buts.
Di cerita yang kedua,
ini tentang “Tidak Bisa Benar Tanpa
Menyalahkan”. Dalam cerita ini kita bisa lihat bagaimana Pele dan Dadan
saling menyalahkan demi kebenaran menurut versi mereka sendiri. Hal seperti itu
juga tidak asing lagi di kehidupan kita, banyak dari kita yang merasa benar
dengan menyalahkan dan belum bisa benar di atas kebenarannya sendiri tanpa
harus menyalahkan orang lain.
Dari itu semua mungkin
kita tidak habis pikir bahwa nyata sekali hal-hal seperti itu ada di sekitar
kita. Hingga kadang aku sendiri pun masih tak habis pikir, apa yang sudah
kuperbuat hingga Tuhan itu baik banget ngasih kamu di hidupku.
Fastabiqul Khairat,
Wassalam.
No comments:
Post a Comment